A. Latar Belakang
Pendidikan dalam bahasa lain, mereformasi
dirinya sendiri sesuai tuntutan demokratisasi dan terutama perbaikan
institusi-institusi pencetak aset-aset masa depan bangsa ini agar tidak
seperti pendahulunya. Hal tersebut diungkapkan oleh Ferdiansyah, SE.,
MM. Anggota KOMISI X FPG DPR RI DAPIL KAB. GARUT, KAB. & KOTA
TASIKMALAYA dalam Seminar Nasional yang diselenggarakan STAI
Tasikmalaya pada bulan Mei 2010.
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang
disebut PBM (Proses belajar-mangajar) ialah sebuah kegiatan utuh
terpadu(integral) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar
dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.
Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi
interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam
situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran.
Sehubungan dengan proses ini, setiap guru
sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian ideal
sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.
Hal lain yang perlu dimiliki oleh para
pendidik adalah kompetensi dan profesionalisme keguruan yang sampai
batas tertentu sering terlupakan oleh para guru.
Dalam upaya mewujudkan proses
belajar-mengajar yang efektif dan efisien maka perilaku yang terlibat
dalam proses tersebut hendaknya didinamiskan secara baik.
Pengajar hendaknya mampu mewujudkan perilaku
mengajar secara tepat agar mampu mewujudkan perilaku belajar siswa
melalui interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam situasi
belajar-mangajar yang kondusif.
Pengetahuan pengajar terhadap teori-teori
dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk membantunya di lapangan
pendidikan yang dihadapkan pada anak didik yang beragam.
Dengan pemaparan tadi, maka dirasa perlu
untuk sedikit membahas teori-teori pendidikan untuk menambah pengetahuan
guru sebagai bekal mengajar.
- B. Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang tadi, maka kami menentukan rumusan :
- Apa yang dimaksud dengan teori?
- Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
- Apa saja teori-teori pendidikan?
C. Tujuan Penilitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
- Mengetahui yang dimaksud dengan teori
- Mengetahui yang dimaksud dengan pendidikan
- mengetahui teori-teori pendidikan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Teori
Menurut Muhammad Surya, teori merupakan
suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai
peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.
Karakteristik suatu teori ialah :
- Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian
- Memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Teori merupakan hubungan antara
konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri merupakan hubungan
dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau kenyataan.
Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk
pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep
merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan
keterkaitan antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala
(peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu hubungan antara
konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses
tertentu dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat
untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari
gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan.
Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri
dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua
teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal
yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan
irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara
seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya
masing-masing
B. Pengertian Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata
lakku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia
melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Langeveld Pendidikan adalah
setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada
anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak
agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu
datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa
seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan
ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses
pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan
emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut J.J. Rousseau Pendidikan adalah
memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan
tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
Menurut Carter V.Good
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.( Seni, praktek, atau profesi pengajar).
b. The systematized learning or
instruction concerning principles and methods of teaching and of student
control and guidance; largely replaced by the term education (Ilmu
yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan
metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas
digantikan dengan istilah pendidikan).
Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu
tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya,
pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak
itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat
dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan
adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang
akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan
adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan
proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dalam definisi yang panjang ini terdapat 2
kata kunci yang layak disorot yaitu kedewasaan dan tanggung jawab. Jadi,
pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk
mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala
kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluq social.
C. Teori-teori pendidikan
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
- Pendidikan klasik,
- Pendidikan pribadi
- Teknologi pendidikan,
- Pendidikan interaksional,
Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori yang dikemukakan oleh beliau, berikut adalah penjelasannya :
1. Pendidikan klasik,
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafatklasik,
seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan
memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara,
mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan
peranan isi pendidikan dari pada proses.
Isi pendidikan atau materi diambil
dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para
ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam
prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan,
sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima
informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2. Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu.
Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki
peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik.
Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan
pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan
proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas
pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum
subjek akademis),
Teknologi pendidikan,
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan
yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan
pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada
yang berbeda. Dalam teknologipendidikan,
lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau
kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya
lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif danketerampilan-keterampilan yang
yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk
desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan
bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi.
Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat.
Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas
pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
4. Pendidikan interaksional,
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep
pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk
sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan
manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga
berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional
menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan denganlingkungan,
antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi
melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar
lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman
eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang
bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat
yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.
Selain dari teori-teori tersebut, berikut akan dijelaskan teori-teori pendidikan yang berasal dari barat.
1. Teori Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi
yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap berlangsungnya proses
pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons.
Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus (S) dengan
respons (R). Stimulus akan memberi kesan kepada pancaindra, sedangkan
respons akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Asosiasi
seperti itu disebut Connection. Prinsip itulah yang kemudian disebut
sebagai teori Connectionism.
Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah
menghadapkan subjek pada situasi yang mengandung problem. Model
eksperimen yang ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan
kucing sebagai objek penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar
dimasukkan ke dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa, dengan model
pintu yang dihubungkan dengan tali. Pintu tersebut akan terbuka jika
tali tersentuh/tertarik. Di luar kandang diletakkan makanan untuk
merangsang kucing agar bergerak ke-luar. Pada awalnya, reaksi kucing
menunjukkan sikap yang tidak terarah, seperti meloncat yang tidak
menentu, hingga akhirnya suatu saat gerakan kucing menyentuh tali yang
menyebabkan pintu terbuka.
Setelah percobaan itu diulang-ulang,
ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang menjadi semakin
efisien. Itu berarti, kucing dapat memilih atau menyeleksi antara
respons yang berguna dan yang tidak. Respons yang berhasil untuk membuka
pintu, yaitu menyentuh tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respons
lainnya dilupakan. Eksperimen itu menunjukkan adanya hubungan kuat
antara stimulus dan respons.
Thorndike merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 34-36), sebagai berikut:
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
Hukum ini memberikan keterangan mengenai
kesiapan seseorang merespons (menerima atau menolak) terhadap suatu
stimulan. Pertama, bila sese¬orang sudah siap melakukan suatu tingkah
laku, pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan
melakukan tingkah laku lain. Contoh, peserta didik yang sudah
benar-benar siap menempuh ujian, dia akan puas bila ujian itu
benar-benar dilaksanakan.
Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu
tingkah laku tetapi tidak dilaksanakan, maka akan timbul kekecewaan.
Akibatnya, ia akan melakukan ting¬kah laku lain untuk mengurangi
kekecewaan. Contoh peserta didik yang sudah belajar tekun untuk ujian,
tetapi ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain (misalnya:
berbuat gaduh, protes) untuk melampiaskan kekecewaannya.
Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan
suatu perbuatan tetapi dia harus melakukannya, maka ia akan merasa tidak
puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain untuk
menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut. Contoh, peserta didik
tiba-tiba diberi tes tanpa diberi tahu lebih dahulu, mereka pun akan
bertingkah untuk menggagalkan tes.
Keempat, bila seseorang belum siap melakukan
suatu tingkah laku dan tetap tidak melakukannya, maka ia akan puas.
Contoh, peserta didik akan merasa lega bila ulangan ditunda, karena dia
belum belajar.
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum
penggunaan (the law of use), dan hukum bukan penggunaan (the law of
disuse). Hukum penggunaan menyatakan bahwa dengan latihan
berulang-ulang, hubungan stimulus dan respons akan makin kuat. Sedangkan
hukum bukan penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan
respons akan semakin melemah jika latihan dihentikan.
Contoh: Bila peserta didik dalam belajar
bahasa Inggris selalu menghafal perbendaharaan kata, maka saat ada
stimulus berupa pertanyaan “apa bahasa Inggrisnya kata yang berbahasa
Indonesia….” maka peserta didik langsung bisa merespons pertanyaan itu
dengan mengingat atau mencari kata yang benar. Sebaliknya, jika tidak
pernah menghafal atau mencari, ia tidak akan memberikan respons dengan
benar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
prinsip utama belajar adalah pengulangan. Makin sering suatu pelajaran
diulang, akan semakin banyak yang dikuasainya. Sebaliknya, semakin tidak
pernah diulang, pelajaran semakin sulit untuk dikuasai.
c. Hukum Akibat (The Law of Effect)
Hubungan stimulus-respons akan semakin kuat,
jika akibat yang ditimbulkan memuaskan. Sebaliknya, hubungan itu akan
semakin lemah, jika yang dihasilkan tidak memuaskan. Maksudnya, suatu
perbuatan yang diikuti dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung
untuk diulang. Tetapi jika akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung
ditinggalkan atau dihentikan. Hubungan ini erat kaitannya dengan
pemberian hadiah (reward) dan sanksi (punishment).
Contoh: Peserta didik yang biasa menyontek
lalu dibiarkan saja atau justru diberi nilai baik, anak didik itu akan
cenderung mengulangnya, sebab ia merasa diuntungkan dengan kondisi
seperti itu. Tetapi, bila ia ditegur atau dipindahkan sehingga temannya
tahu kalau ia menyontek, ia akan merasa malu (merasa tidak diuntungkan
oleh kondisi). Pada kesempatan lain, ia akan berusaha untuk tidak
mengulangi perbuatan itu, sebab ia merasakan ada hal yang tidak
menyenangkan baginya.
2. Teori Classical Conditionins
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah
Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936.
Teorinya adalah tentang condi¬tioned reflects. Pavlov mengadakan
penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian yang
dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi
stimulus dengan makanan dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu
ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan kebiasaan.
Ketika akan makan, anjing mengeluarkan liur
sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu diulang berkali-kali, dan
pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja tanpa diberi
makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa
di balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya, Pavlov meletakkan
dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai
penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar.
Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:
a. Belajar adalah pembentukan kebiasaan
dengan cara menghubungkan/ mempertautkan antara perangsang (stimulus)
yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
b. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
c. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme/individu.
d. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
e. Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
Teori-teori pendidikan yang dihubungkan dengan filsafat
Selain itu, teori-teori pendidikan pun
dihubungkan dengan berbagai aliran filsafat. Hal ini, dikarenakan
terdapat kaitan yang sangat erat antara filsafat dengan pendidikan,
karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan
masyarakatnya, sementara pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Filsafat pendidikan berusaha menjawab secara
kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokol sekitar pendidikan,
seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dsb.
Aliran-aliran filsafat pada gilirannya melahirkan filsafat-filsafat pendidikan seperti:
- Idealisme
- Realism
- Perenialisme
- Essensialisme
- Pragmatism
- Progresivisme
- Eksistensialisme.
Namun demikian, kita mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri, yaitu, Pancasila.
Idealisme menegaskan bahwa
hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Menurutnya apa
yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari
ide sebagai kebenaran yang bersifat mental. Variasi dari aliran ini di
antaranya :
- Spiritualisme
- Rasionalisme
- Neo-kantianisme
Umumnya aliran ini menekankan bahwa
pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide yag
masih laten antara lain melalui instropeksi dan Tanya jawab. Karena itu
lembaga pendidikan/sekolah harus berfungsi membantu siswa mencari dan
menemukan kebenaran, keindahan, dan kehidupan yang teratur.
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu
perkembangan pikiran dan diri pribadi siswa. Kurikulum nya berisikan
pendidikan liberal dan vokasional/praktis. Metodenya harus berupa
struktur dan atmosfir yang member kesempatan siswa untuk berfikir.
Naturalisme merupakan aliran filsafat yang
mengangap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera sebagai
kebenaran yang sebenarnya. Variasi dari aliran ini diantaranya :
- Realism
- Materialism
- Positivism/neopositivisme
Realisme menekankan adanya
pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objektif; tujuan pendidikan agar
para siswa bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah dan memperoleh
keamanan dan hidup bahagia. Kurikulum sebaiknya meliputi :
- 1. Sains/IPA dan matematika
- 2. Ilmu kemanusiaan dan ilmu social
- 3. Nilai-nilai
Metode pendidikan berupa pembiasaan dan metode mengajar bersifat otoriter.
Positivism mengemukakan bahwa jika sesuatu
disebut ada maka sesuatu itu harus dapat diamati dan diukur karena
Positivism sangat mengutamakan ilmiah.
Pragmatisme merupakan
aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai
dari segi nilai kegunaan praktis. Pendidikan yaitu suatu proses
eksperimental dan metode mengajar yang penting berupa pemecahan
masalah. Tujuan pendidikan harus mengajarkan seseorang bagaimana
berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam
masyarakat. Metode nya berupa pemecahan masalah, penyelidikan dan
penemuan. Kurikulummya berbasis masyarakatm lahan praktek cita-cita
demokratis.
Konstruktivisme lebih
menekankan pada perkembangan konsep pengertian yang mendalam sebagai
hasil konstruksi aktif si pelajar dalam tujuan pendidikannya.
Krurikulumnya berupa program aktivitas antara pengetahuan dan
keterampilan.
Pancasila memandang
tujuan pendidikan seyogyanya untuk mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME,
berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum
disesuaikan dengan jenjang pendidikan, dan menggunakan metode-metode
pilihan yang disesuaikan. Orientasi pendidikan ditujukan untuk fungsi
konservasi dan juga fungsi kreasi.
BAB III
KESIMPULAN
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan
Pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses
yang dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab
dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluq social.
Teori-teori pendidikan dihubungkan dengan
filsafat, karena memiliki kaitan erat dengan tujuannya. Teori tersebut
diantaranya : Idealisme
- Realism
- Perenialisme
- Essensialisme
- Pragmatism
- Progresivisme
- Eksistensialisme
- Pancasila
Selain itu teori pendidikan pun dapat digaris besarkan menjadi 4 teori, yaitu :
- Pendidikan klasik,
- Pendidikan pribadi
- Teknologi pendidikan,
- Pendidikan interaksional,
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2008 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cet-13. Bandung. Rosdakarya.
Syaripudin, Tatang. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung. Sub Koordinator MKDP Landasa Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Iniversitas Pendidikan Indonesia.
S, Nasution. 2004. Didaktik Asas-asas Mengajar.Cet-3. Jakarta. Bumi Aksara.
Nurani Soyomukti. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo)Liberal, Marxis-Sosialis, Postmodern. Ar-ruzzmedia, Yogyakarta. Cetakan: I,
Gunansyah, Ganes. Hand out. Dasar-dasar Pendidikan. 2008.
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy,2004
0 komentar:
Posting Komentar