Headlines News :
Home » » teori

teori

Written By Unknown on Minggu, 04 Mei 2014 | 00.43



PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Pendidikan dalam bahasa lain, mereformasi dirinya sendiri sesuai tuntutan demokratisasi dan terutama perbaikan institusi-institusi pencetak aset-aset masa depan bangsa ini agar tidak seperti pendahulunya. Hal tersebut diungkapkan oleh Ferdiansyah, SE., MM. Anggota KOMISI X FPG DPR RI DAPIL KAB. GARUT, KAB. & KOTA TASIKMALAYA dalam  Seminar Nasional yang diselenggarakan STAI Tasikmalaya pada bulan Mei 2010.
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut PBM (Proses belajar-mangajar) ialah sebuah kegiatan utuh terpadu(integral) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.
Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran.
 Sehubungan dengan proses ini, setiap guru sangat diharapkan memiliki karakteristik (ciri khas) kepribadian ideal sesuai dengan persyaratan yang bersifat psikologis-pedagogis.
Hal lain yang perlu dimiliki oleh para pendidik adalah kompetensi dan profesionalisme keguruan yang sampai batas tertentu sering terlupakan oleh para guru.
Dalam upaya mewujudkan proses belajar-mengajar yang efektif dan efisien maka perilaku yang terlibat dalam proses tersebut hendaknya didinamiskan secara baik.
Pengajar hendaknya mampu mewujudkan perilaku mengajar secara tepat agar mampu mewujudkan perilaku belajar siswa melalui interaksi belajar-mengajar yang efektif dalam situasi belajar-mangajar yang kondusif.
Pengetahuan pengajar terhadap teori-teori dalam dunia pendidikan sangatlah penting untuk membantunya di lapangan pendidikan yang dihadapkan pada anak didik yang beragam.
Dengan pemaparan tadi, maka dirasa perlu untuk sedikit membahas teori-teori pendidikan untuk menambah pengetahuan guru sebagai bekal mengajar.
  1. B.     Rumusan Masalah
Dari pemaparan latar belakang tadi, maka kami menentukan rumusan :
  1. Apa yang dimaksud dengan teori?
  2. Apa yang dimaksud dengan pendidikan?
  3. Apa saja teori-teori pendidikan?
C.    Tujuan Penilitian
Tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu :
  1. Mengetahui yang dimaksud dengan teori
  2. Mengetahui yang dimaksud dengan pendidikan
  3. mengetahui teori-teori pendidikan 
BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian Teori
Menurut Muhammad Surya, teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan.
Karakteristik suatu teori ialah :
  1. Memberikan kerangka kerja konseptual untuk suatu informasi, dan dapat dijadikan sebagai dasar untuk penelitian
  2. Memiliki prinsip-prinsip yang dapat diuji.
Teori merupakan hubungan antara konsep-konsep. Sedangkan konsep-konsep itu sendiri merupakan hubungan dari kata-kata yang menjelaskan suatu persoalan atau kenyataan. Kata-kata merupakan simbol berupa bunyi dan aksara ketika kita merujuk pada suatu benda atau realitas yang ada di dunia. Sedangkan konsep merupakan suatu penjelasan yang lebih luas karena mengubungkan keterkaitan antara dua atau lebih dari keberadaan benda atau gejala (peristiwa). Karenanya, teori merujuk pada suatu hubungan antara konsep-konsep yang lebih bisa menjelaskan peristiwa atau suatu proses tertentu dari kehidupan ini.
Jadi teori sebenarnya adalah sebuah alat untuk membantu menjelaskan suatu. Ia merupakan penyederhanaan dari gejala-gejala kehidupan supaya mudah kita pahami dan kita jelaskan. Teori akan membantu kita memahami suatu gejala dan membedakan diri dengan penjelasan yang lain. Meskipun demikian perbedaan antara dua teori atau lebih yang berbeda tidak menutup kemungkinan ada suatu hal yang beririsan. Dan suatu teori yang baik diharapkan menghilangkan irisan-irisan itu sekecil mungkin, untuk memberikan pembedaan antara seperangkat penjelasan dengan lainnya yang memiliki karakternya masing-masing
B.     Pengertian Pendidikan
Dalam kamus besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata lakku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.
Menurut Langeveld Pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju kepada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Pengaruh itu datangnya dari orang dewasa (atau yang diciptakan oleh orang dewasa seperti sekolah, buku, putaran hidup sehari-hari, dan sebagainya) dan ditujukan kepada orang yang belum dewasa.
Menurut John Dewey Pendidikan adalah proses pembentukan kecakapan-kecakapan fundamental secara intelektual dan emosional kearah alam dan sesama manusia.
Menurut  J.J. Rousseau Pendidikan adalah memberi kita perbekalan yang tidak ada pada masa kanak-kanak, akan tetapi kita membutuhkannya pada waktu dewasa.
Menurut Carter V.Good
a. Pedagogy is the art, practice, or profession of teaching.( Seni, praktek, atau profesi pengajar).
b. The systematized learning or instruction concerning principles and methods of teaching and of student control and guidance; largely replaced by the term education (Ilmu yang sistematis atau pengajaran yang berhubungan dengan prinsip dan metode-metode mengajar, pengawasan dan bimbingan murid; dalam arti luas digantikan dengan istilah pendidikan).
Menurut Ki Hajar Dewantara Pendidikan yaitu tuntutan di dalam hidup tumbuhnya anak-anak, adapun maksudnya, pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya.
Menurut UU Nomor 2 Tahun 1989 Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Menurut UU No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.
Dalam definisi yang panjang ini terdapat  2 kata kunci yang layak disorot yaitu kedewasaan dan tanggung jawab. Jadi, pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluq social.
C.    Teori-teori pendidikan
Nana S. Sukmadinata (1997) mengemukakan 4 (empat ) teori pendidikan, yaitu :
  1. Pendidikan klasik,
  2. Pendidikan pribadi
  3. Teknologi pendidikan,
  4. Pendidikan interaksional,
Untuk lebih jelasnya mengenai teori-teori yang dikemukakan oleh beliau, berikut adalah penjelasannya :
1.      Pendidikan klasik,
Teori pendidikan klasik berlandaskan pada filsafatklasik, seperti Perenialisme, Eessensialisme, dan Eksistensialisme dan memandang bahwa pendidikan berfungsi sebagai upaya memelihara, mengawetkan dan meneruskan warisan budaya. Teori ini lebih menekankan peranan isi pendidikan dari pada proses.
Isi pendidikan atau materi diambil dari khazanah ilmu pengetahuan yang ditemukan dan dikembangkan para ahli tempo dulu yang telah disusun secara logis dan sistematis. Dalam prakteknya, pendidik mempunyai peranan besar dan lebih dominan, sedangkan peserta didik memiliki peran yang pasif, sebagai penerima informasi dan tugas-tugas dari pendidik.
2.      Pendidikan pribadi
Teori pendidikan ini bertolak dari asumsi bahwa sejak dilahirkan anak telah memiliki potensi-potensi tertentu. Pendidikan harus dapat mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki peserta didik dengan bertolak dari kebutuhan dan minat peserta didik. Dalam hal ini, peserta didik menjadi pelaku utama pendidikan, sedangkan pendidik hanya menempati posisi kedua, yang lebih berperan sebagai pembimbing, pendorong, fasilitator dan pelayan peserta didik.
Teori pendidikan pribadi menjadi sumber bagi pengembangan model kurikulum humanis. yaitu suatu model kurikulum yang bertujuan memperluas kesadaran diri dan mengurangi kerenggangan dan keterasingan dari lingkungan dan proses aktualisasi diri. Kurikulum humanis merupakan reaksi atas pendidikan yang lebih menekankan pada aspek intelektual (kurikulum subjek akademis),
Teknologi pendidikan,
Teknologi pendidikan yaitu suatu konsep pendidikan yang mempunyai persamaan dengan pendidikan klasik tentang peranan pendidikan dalam menyampaikan informasi. Namun diantara keduanya ada yang berbeda. Dalam teknologipendidikan, lebih diutamakan adalah pembentukan dan penguasaan kompetensi atau kemampuan-kemampuan praktis, bukan pengawetan dan pemeliharaan budaya lama.
Dalam teori pendidikan ini, isi pendidikan dipilih oleh tim ahli bidang-bidang khusus, berupa data-data obyektif danketerampilan-keterampilan yang yang mengarah kepada kemampuan vocational. Isi disusun dalam bentuk desain program atau desain pengajaran dan disampaikan dengan menggunakan bantuan media elektronika dan para peserta didik belajar secara individual.
Peserta didik berusaha untuk menguasai sejumlah besar bahan dan pola-pola kegiatan secara efisien tanpa refleksi. Keterampilan-keterampilan barunya segera digunakan dalam masyarakat. Guru berfungsi sebagai direktur belajar, lebih banyak tugas-tugas pengelolaan dari pada penyampaian dan pendalaman bahan.
4.      Pendidikan interaksional,
Pendidikan interaksional yaitu suatu konsep pendidikan yang bertitik tolak dari pemikiran manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa berinteraksi dan bekerja sama dengan manusia lainnya. Pendidikan sebagai salah satu bentuk kehidupan juga berintikan kerja sama dan interaksi. Dalam pendidikan interaksional menekankan interaksi dua pihak dari guru kepada peserta didik dan dari peserta didik kepada guru.
Lebih dari itu, dalam teori pendidikan ini, interaksi juga terjadi antara peserta didik dengan materi pembelajaran dan denganlingkungan, antara pemikiran manusia dengan lingkungannya. Interaksi terjadi melalui berbagai bentuk dialog. Dalam pendidikan interaksional, belajar lebih sekedar mempelajari fakta-fakta.
Peserta didik mengadakan pemahaman eksperimental dari fakta-fakta tersebut, memberikan interpretasi yang bersifat menyeluruh serta memahaminya dalam konteks kehidupan. Filsafat yang melandasi pendidikan interaksional yaitu filsafat rekonstruksisosial.
Selain dari teori-teori tersebut, berikut akan dijelaskan teori-teori pendidikan yang berasal dari barat.
1. Teori Koneksionisme
Edward Lee Thorndike adalah tokoh psikologi yang mampu memberikan pengaruh besar terhadap berlangsungnya proses pembelajaran. Teorinya dikenal dengan teori Stimulus-Respons. Menurutnya, dasar belajar adalah asosiasi antara stimulus (S) dengan respons (R). Stimulus akan memberi kesan kepada pancaindra, sedangkan respons akan mendorong seseorang untuk melakukan tindakan. Asosiasi seperti itu disebut Connection. Prinsip itulah yang kemudian disebut sebagai teori Connectionism.
Pendidikan yang dilakukan Thorndike adalah menghadapkan subjek pada situasi yang mengandung problem. Model eksperimen yang ditempuhnya sangat sederhana, yaitu dengan menggunakan kucing sebagai objek penelitiannya. Kucing dalam keadaan lapar dimasukkan ke dalam kandang yang dibuat sedemikian rupa, dengan model pintu yang dihubungkan dengan tali. Pintu tersebut akan terbuka jika tali tersentuh/tertarik. Di luar kandang diletakkan makanan untuk merangsang kucing agar bergerak ke-luar. Pada awalnya, reaksi kucing menunjukkan sikap yang tidak terarah, seperti meloncat yang tidak menentu, hingga akhirnya suatu saat gerakan kucing menyentuh tali yang menyebabkan pintu terbuka.
Setelah percobaan itu diulang-ulang, ternyata tingkah laku kucing untuk keluar dari kandang menjadi semakin efisien. Itu berarti, kucing dapat memilih atau menyeleksi antara respons yang berguna dan yang tidak. Respons yang berhasil untuk membuka pintu, yaitu menyentuh tali akan dibuat pembiasaan, sedangkan respons lainnya dilupakan. Eksperimen itu menunjukkan adanya hubungan kuat antara stimulus dan respons.
Thorndike merumuskan hasil eksperimennya ke dalam tiga hukum dasar (Suwardi, 2005: 34-36), sebagai berikut:
a. Hukum Kesiapan (The Law of Readiness)
Hukum ini memberikan keterangan mengenai kesiapan seseorang merespons (menerima atau menolak) terhadap suatu stimulan. Pertama, bila sese¬orang sudah siap melakukan suatu tingkah laku, pelaksanaannya akan memberi kepuasan baginya sehingga tidak akan melakukan tingkah laku lain. Contoh, peserta didik yang sudah benar-benar siap menempuh ujian, dia akan puas bila ujian itu benar-benar dilaksanakan.
Kedua, bila seseorang siap melakukan suatu tingkah laku tetapi tidak dilaksanakan, maka akan timbul kekecewaan. Akibatnya, ia akan melakukan ting¬kah laku lain untuk mengurangi kekecewaan. Contoh peserta didik yang sudah belajar tekun untuk ujian, tetapi ujian dibatalkan, ia cenderung melakukan hal lain (misalnya: berbuat gaduh, protes) untuk melampiaskan kekecewaannya.
Ketiga, bila seseorang belum siap melakukan suatu perbuatan tetapi dia harus melakukannya, maka ia akan merasa tidak puas. Akibatnya, orang tersebut akan melakukan tingkah laku lain untuk menghalangi terlaksananya tingkah laku tersebut. Contoh, peserta didik tiba-tiba diberi tes tanpa diberi tahu lebih dahulu, mereka pun akan bertingkah untuk menggagalkan tes.
Keempat, bila seseorang belum siap melakukan suatu tingkah laku dan tetap tidak melakukannya, maka ia akan puas. Contoh, peserta didik akan merasa lega bila ulangan ditunda, karena dia belum belajar.
b. Hukum Latihan (The Law of Exercise)
Hukum ini dibagi menjadi dua, yaitu hukum penggunaan (the law of use), dan hukum bukan penggunaan (the law of disuse). Hukum penggunaan menyatakan bahwa dengan latihan berulang-ulang, hubungan stimulus dan respons akan makin kuat. Sedangkan hukum bukan penggunaan menyatakan bahwa hubungan antara stimulus dan respons akan semakin melemah jika latihan dihentikan.
Contoh: Bila peserta didik dalam belajar bahasa Inggris selalu menghafal perbendaharaan kata, maka saat ada stimulus berupa pertanyaan “apa bahasa Inggrisnya kata yang berbahasa Indonesia….” maka peserta didik langsung bisa merespons pertanyaan itu dengan mengingat atau mencari kata yang benar. Sebaliknya, jika tidak pernah menghafal atau mencari, ia tidak akan memberikan respons dengan benar.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa prinsip utama belajar adalah pengulangan. Makin sering suatu pelajaran diulang, akan semakin banyak yang dikuasainya. Sebaliknya, semakin tidak pernah diulang, pelajaran semakin sulit untuk dikuasai.
c. Hukum Akibat (The Law of Effect)
Hubungan stimulus-respons akan semakin kuat, jika akibat yang ditimbulkan memuaskan. Sebaliknya, hubungan itu akan semakin lemah, jika yang dihasilkan tidak memuaskan. Maksudnya, suatu perbuatan yang diikuti dengan akibat yang menyenangkan akan cenderung untuk diulang. Tetapi jika akibatnya tidak menyenangkan, akan cenderung ditinggalkan atau dihentikan. Hubungan ini erat kaitannya dengan pemberian hadiah (reward) dan sanksi (punishment).
Contoh: Peserta didik yang biasa menyontek lalu dibiarkan saja atau justru diberi nilai baik, anak didik itu akan cenderung mengulangnya, sebab ia merasa diuntungkan dengan kondisi seperti itu. Tetapi, bila ia ditegur atau dipindahkan sehingga temannya tahu kalau ia menyontek, ia akan merasa malu (merasa tidak diuntungkan oleh kondisi). Pada kesempatan lain, ia akan berusaha untuk tidak mengulangi perbuatan itu, sebab ia merasakan ada hal yang tidak menyenangkan baginya.
2. Teori Classical Conditionins
Tokoh yang mengemukakan teori ini adalah Ivan Petrovich Pavlov, warga Rusia yang hidup pada tahun 1849-1936. Teorinya adalah tentang condi¬tioned reflects. Pavlov mengadakan penelitian secara intensif mengenai kelenjar ludah. Penelitian yang dilakukan Pavlov menggunakan anjing sebagai objeknya. Anjing diberi stimulus dengan makanan dan isyarat bunyi, dengan asumsi bahwa suatu ketika anjing akan merespons stimulan berdasarkan kebiasaan.
Ketika akan makan, anjing mengeluarkan liur sebagai isyarat dia siap makan. Percobaan itu diulang berkali-kali, dan pada akhirnya percobaan dilakukan dengan memberi bunyi saja tanpa diberi makanan. Hasilnya, anjing tetap mengeluarkan liur dengan anggapan bahwa di balik bunyi itu ada makanan. Lewat penemuannya, Pavlov meletakkan dasar behaviorisme sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi berbagai penelitian mengenai proses belajar dan pengembangan teori-teori belajar.
Prinsip belajar menurut Pavlov adalah sebagai berikut:
a. Belajar adalah pembentukan kebiasaan dengan cara menghubungkan/ mempertautkan antara perangsang (stimulus) yang lebih kurang dengan perangsang yang lebih lemah.
b. Proses belajar terjadi apabila ada interaksi antara organisme dengan lingkungan.
c. Belajar adalah membuat perubahan-perubahan pada organisme/individu.
d. Setiap perangsang akan menimbulkan aktivitas otak.
e. Semua aktivitas susunan saraf pusat diatur oleh eksitasi dan inhibitasi.
Teori-teori pendidikan yang dihubungkan dengan filsafat
Selain itu, teori-teori pendidikan pun dihubungkan dengan berbagai aliran filsafat. Hal ini, dikarenakan terdapat kaitan yang sangat erat antara filsafat dengan pendidikan, karena filsafat mencoba merumuskan citra tentang manusia dan masyarakatnya, sementara pendidikan berusaha mewujudkan citra tersebut.
Filsafat pendidikan berusaha menjawab secara kritis dan mendasar berbagai pertanyaan pokol sekitar pendidikan, seperti apa, mengapa, kemana, bagaimana, dsb.
Aliran-aliran filsafat pada gilirannya melahirkan filsafat-filsafat pendidikan seperti:
  1. Idealisme
  2. Realism
  3. Perenialisme
  4. Essensialisme
  5. Pragmatism
  6. Progresivisme
  7. Eksistensialisme.
Namun demikian, kita mempunyai filsafat pendidikan nasional tersendiri,  yaitu, Pancasila.
Idealisme menegaskan bahwa hakikat kenyataan adalah ide sebagai gagasan kejiwaan. Menurutnya apa yang dianggap kebenaran realitas hanyalah bayangan atau refleksi dari ide sebagai kebenaran yang bersifat mental. Variasi dari aliran ini di antaranya :
  1. Spiritualisme
  2. Rasionalisme
  3. Neo-kantianisme
Umumnya aliran ini menekankan bahwa pendidikan merupakan kegiatan intelektual untuk membangkitkan ide yag masih laten antara lain melalui instropeksi dan Tanya jawab. Karena itu lembaga pendidikan/sekolah harus berfungsi membantu siswa mencari dan menemukan kebenaran, keindahan, dan kehidupan yang teratur.
Tujuan pendidikan adalah untuk membantu perkembangan pikiran dan diri pribadi siswa. Kurikulum nya berisikan pendidikan liberal dan vokasional/praktis. Metodenya harus berupa struktur dan atmosfir yang member kesempatan siswa untuk berfikir.
Naturalisme merupakan aliran filsafat  yang mengangap segala kenyataan yang bisa ditangkap oleh panca indera sebagai kebenaran yang sebenarnya. Variasi dari aliran ini diantaranya :
  1. Realism
  2. Materialism
  3. Positivism/neopositivisme
Realisme menekankan adanya pengakuan adanya kenyataan hakiki yang objektif; tujuan pendidikan agar para siswa bertahan hidup di dunia yang bersifat alamiah dan memperoleh keamanan dan hidup bahagia. Kurikulum sebaiknya meliputi :
  1. 1.      Sains/IPA dan matematika
  2. 2.      Ilmu kemanusiaan dan ilmu social
  3. 3.      Nilai-nilai
Metode pendidikan berupa pembiasaan dan metode mengajar bersifat otoriter.
Positivism mengemukakan bahwa jika sesuatu disebut ada maka sesuatu itu harus dapat diamati dan diukur karena Positivism sangat mengutamakan ilmiah.
Pragmatisme  merupakan aliran filsafat yang mengemukakan bahwa segala sesuatu harus dinilai dari segi nilai kegunaan praktis. Pendidikan yaitu suatu proses eksperimental dan metode mengajar yang penting berupa pemecahan masalah.  Tujuan pendidikan harus mengajarkan seseorang bagaimana berfikir dan menyesuaikan diri terhadap perubahan yang terjadi di dalam masyarakat. Metode nya berupa pemecahan masalah, penyelidikan dan penemuan. Kurikulummya berbasis masyarakatm lahan praktek cita-cita demokratis.
Konstruktivisme lebih menekankan pada perkembangan konsep pengertian yang mendalam sebagai hasil konstruksi aktif si pelajar dalam tujuan pendidikannya. Krurikulumnya berupa program aktivitas antara pengetahuan dan keterampilan.
 Pancasila  memandang tujuan pendidikan seyogyanya untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan YME, berakhlaq mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab. Kurikulum disesuaikan dengan jenjang pendidikan, dan menggunakan metode-metode pilihan yang disesuaikan. Orientasi pendidikan ditujukan untuk fungsi konservasi dan juga fungsi kreasi.
BAB III
KESIMPULAN
Teori merupakan suatu perangkat prinsip-prinsip terorganisasi mengenai peristiwa-peristiwa tertentu dalam lingkungan
Pendidikan bisa disimpulkan sebagai proses yang dilakukan untuk mendewasakan manusia agar bisa bertanggung jawab dalam segala kewajibannya baik sebagai individu maupun makhluq social.
Teori-teori pendidikan dihubungkan dengan filsafat, karena memiliki kaitan erat dengan tujuannya. Teori tersebut diantaranya : Idealisme
  1. Realism
  2. Perenialisme
  3. Essensialisme
  4. Pragmatism
  5. Progresivisme
  6. Eksistensialisme
  7. Pancasila
Selain itu teori pendidikan pun dapat digaris besarkan menjadi 4 teori, yaitu :
  1. Pendidikan klasik,
  2. Pendidikan pribadi
  3. Teknologi pendidikan,
  4. Pendidikan interaksional,
DAFTAR PUSTAKA
Syah, Muhibbin. 2008 Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Cet-13. Bandung. Rosdakarya.
Syaripudin, Tatang. 2006. Landasan Pendidikan. Bandung. Sub Koordinator MKDP Landasa Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Iniversitas Pendidikan Indonesia.
S, Nasution. 2004.  Didaktik Asas-asas Mengajar.Cet-3. Jakarta. Bumi Aksara.
Nurani Soyomukti. 2010. Teori-Teori Pendidikan: Tradisional, (Neo)Liberal, Marxis-Sosialis, Postmodern. Ar-ruzzmedia, Yogyakarta. Cetakan: I,
Gunansyah, Ganes.  Hand out. Dasar-dasar Pendidikan. 2008.
Surya, Muhammad. Psikologi Pembelajaran dan Pengajaran. Bandung : Pustaka Bani Quraisy,2004
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Ibel Template | IIMAM RESTU | Ibel Portal | Ibel Magazine | IMAM RESTU | Ibel Demosite
Copyright © 2011. PENDIDIKAN ISLAM - All Rights Reserved
Template Modify by Creating Website Inspired Wordpress Hack
Proudly powered by Free Coupons